Mengupas Kebudayaan dan Perjalanan Masyarakat Madura

  • PDF

 

Mengupas Kebudayaan dan Perjalanan Masyarakat Madura

          IMG 5654

          Berbicara budaya, maka tidak akan ada habisnya selama manusia masih terus ada dan hidup dibelahan bumi, karena pada dasarnya budaya lahir dari masyarakat dan hidup serta berkembang bersama masyarakat. Madura sebagai salah satu tempat berbagai budaya tumbuh, selalu menjadi perbincangan hangat bagi pecinta budaya dan seringkali menjadi objek menarik bagi para peneliti, budayawan-budayawan tanah air hingga manca negara.

          Univeritas Trunojoyo Madura (UTM) sebagai perguruan tinggi kebanggaan masyarakat madura yang terus fokus pada pengembangn kekayaan lokal yang ada di Madura khususnya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) menyelenggarakan “Seminar Nasional Budaya Madura IV” untuk mengupas budaya Madura dari sisi ekonomi dan sosial yang mengahdirkan Prof. Abdul Hadi W M, Prof. Iwan Triyuwono, SE.,Ak.,M.ec.,Ph.D., Dr. Abdul Latif Bustomi., Dr. Mutmainnah, S.Sos.,M.Si sebagai pemateri pada 06/11//2017.

Disamping Seminar Nasional Budaya Madura IV, acara yang bertajuk “Apol–Kompol Satretanan” tersebut juga diisi dengan bedah buku sebuah karya Prof. Mien Ahmad Rifai, M. Sc., Ph.D yang berjudul Lintas Sejarah Madura. Bertempat di Aula Graha Utama lt 10, acara tersebut diikuti oleh sekitar 200 peserta yang terdiri dari perwakilan perguruan tinggi se-Madura, Guru SMP-SMA pengampu mata pelajaran Bahasa Madura dilingkungan kecamatan kamal dan mahasiswa UTM.

Sebagai salah satu upaya UTM dalam rangka menjaga, melestarikan dan terus mengembangkan berbagai kekayaan lokal Madura, pada acara tersebut LPPM juga me-Launching Pojok Madura yang merupakan tempat pusat kajian kemaduraan. Ditemani Sekretaris LPPM Andrie Kisroh Sunyigono ,SP., MP., Ph.D peresmian Pojok Madura tersebut ditandatangani langsung oleh Rektor UTM Dr. Drs. Ec. H. Muh Syarif., M.Si.,

Iskandar Zulkarnain, S.Thi., M. Si., yang menjadi ketua panitia acara menyampaikan bahwa gagasan acara tersebut sudah cukup lama direncanakan sebagai salah satu bentuk kontribusi UTM pada Madura, “kami sudah cukup lama menggagas ini, dan launching Pojok Madura ini menjadi upaya kita di UTM untuk terus memelihara dan mengembangkan kekayaan lokal khususnya Madura. dan hadirnya Pojok Madura ini sebagai tempat pusat pustaka kajian tentang Madura, sehingga nantinya siapapun dan apapun terkait Madura bisa dilihat disini. Ungkapnya

Sementara itu, membuka acara tersebut Rektor UTM Dr. Drs. Ec. H. Muh Syarif., M.Si., mengapresiasi terselenggaranya acara tersebut. ia juga mengimbuhkan bahwa komitmen UTM sebagai perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Madura akan senantiasa mengembangkan setiap potensi yang ada di Madura dan berkontribusi nyata kepada masyarakat Madura.

“kajian akademik seperti acara kali ini sangat baik untuk memperkaya wawasan, tentu kami berharap ini akan terus berlanjut. Apalagi langsung menghadirkan para pakar dan pemerhati yang sangat kompeten, ini menjadi salah satu komitment UTM sangat besar untuk memberikan sumbangsih nyata kepada masyarakat Madura. tidak hanya sebatas angan-angan saja, tapi UTM telah membuktikan dengan beberapa hasil inovasinya yang berupa jagung, Pusat Unggulan Inovasi Garam, dan wisata syariah yang masih dalam kajian”. Terangnya

Dipandu langsung oleh Achdiar Redy Setyawan sebagai moderator, acara yang mengangkat tema “Peluang dan Tantangan Sosial, Ekonomi dan Budaya di Madura” tersebut sangat menarik rasa antusiasme peserta. Prof. Abdul Hadi W M, pemateri pertama yang menjelaskan “Islam dan Budaya Madura “ memaparkan bahwa harus ada perubahan konsep mengenai seni di Madura dari yang awalnya hanya untuk kesenangan semata menjadi juga memiliki makna.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada banyak sumbangsih Islam terhadap perkembangan budaya Madura, Islam menjadi inti dari kebudayaan, dan tauhid mengajarkan kecerdasan yang menghasilkan kebudayaan. Salah satunya adalah terinspirasi dari hadits yang memili arti “bekerjalah kamu seakan hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan mati besok”. Paparnya

Disesi yang sama Prof. Iwan Triyuwono, SE.,Ak.,M.ec.,Ph.D., pemateri kedua memberikan materi tentang “Budaya Carok” menjelaskan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa budaya, sebab budaya itu jati diri komunitas yang menciptakan. Dan budaya mengalami reproduksi, makna yang ada di budaya terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Kondisi yang memprihatinkan saat ini adalah kecenderungan untuk selalu bangga dengan budaya bangsa lain dan sebaliknya, meremehkan bahkan menghina budaya sendiri. Jelasnya

Dosen UB tersebut juga mengimbuhkan bahwa Carok merupakan tradisi orang Madura untuk menyelesaikan masalah dalam mempertahankan harga diri, carok dianggap ksatria oleh orang Madura. Demikian, carok dalam konteks ekonomi bisnis adalah berjuang melawan segala bentuk kemungkaran yang saat ini Ilmu dan praktik ekonomi bisnis modern (kapitalis) membawa sifat-sifat mungkar berupa matrealistik, egoistik, sekuleristik, dan ateistik.

Orang Madura harus ikut carok dengan terus melawan kemungkaran Ekonomi dan Bisnis, karena carok dalam artian seimbang memperhatikan kesejahteraan manusia dan alam serta kembali kepada “Gusti Pangeran”. Imbuhnya

Sementara itu, Dr. Abdul Latif Bustomi yang menjelaskan tentang “Rekacipta Diaspora Madura” memaparkan bahwa latar belakang     penemuan penyebaran orang Madura salah satunya melalui Diaspora Indonesia, Pidato Gubernur DKI Jakarta 16 Oktober 2017, UU No. 5 Tahun 2017 : Pemajuan Kebudayaan, dan Pasca Putusan MK. Selain itu, didukung juga dengan Diaspora Madura diantaranya Arkeologi, Pelayaran dan Perdagangan Dunia, Sensus Penduduk : Raffless sampai dengan Sekarang, Rekondisi dan ekspresi, dan Madura sebagai Warga Dunia.

Diantara rekacipta (penemuan) penyebaran masyarakat Madura antaranya melalui Kontestasi, Negoisasi, Resisitensi, Pemerintahan, Relasi Kuasa. Paparnya

Disesi yang sama, membedah buku Prof. Mien Ahmad Rifai, M. Sc., Ph.D yang berjudul Lintas Sejarah Madura, Dr. Mutmainnah, S.Sos.,M.Si mengupas tuntas melalui sisi sosiologis bagaimana perjalanan sejarah awal lahirnya orang Madura mulai dari nenek moyang, masa kerajaan, masuknya islam, masa penjajahan hingga saat ini.

 

Share this post

Add comment


Security code
Refresh