Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA) UTM tahun 2019

 Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA) UTM tahun 2019

DSC 9052

  Sebanyak 4.800 mahasiswa baru Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus selama 4 hari, terhitung dari tanggal 2 s/d  5 Agustus 2019. Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMABA) UTM tahun 2019 terlihat berbeda. Pasalnya, ribuan mahasiswa dari berbagai daerah itu menggunakan beragam pakaian bebas dan khas budaya daerah masing-masing.

“Pakaian yang digunakan maba Sakera PKKMABA UTM tahun 2019 memang menggunakan pakain kebebasan dan beragam, baik itu menggunakan pakaian adat, pakaian keagamaan dengan tujuan kita ini tidak ingin memaksakan sesuatu yang terlalu membebani mahasiswa”, kata Rektor UTM, Muh. Syarif, Jumat (02/08/2019). Ia juga mengatakan, kegiatan pengenalan kehidupan kampus itu harus lebih humanis, lebih pada kekeluargaan. Karena menurutnya, cara tersebut diibaratkan media untuk memperkenalkan kehidupan baru di kampus dengan baik tanpa kekerasan.

“Jadi tidak ada kekerasan dan tidak ada hal-hal yang tidak baik. Sehingga mahasiswa baru itu benar-benar merasakan bahwa sebenarnya proses kegiatan ini betul-betul memberikan mahasiswa nyaman”, ujarnya saat ditemui awak media usai membuka pelaksanaan PKKMABA di Gedung Pertemuan, “Dengan mengambil tema Eko literasi, UTM ingin membentuk krakter Trunojoyo Muda peduli lingkungan, serta bisa memecahkan masalah dan sebagainya”, tandasnya. “Saya harap dengan dilaksanakannya kegiatan PKKMABA UTM ini, seluruh mahasiswa baru ini bisa tahu terkait dengan proses pembelajaran di kampus dan bisa memberikan pemahaman tentang Tri Dharma sehingga mereka ketika masuk kuliah memilik dasar dan pemahaman yang baik”. Ujar beliau.

DSC 5463

 

UTM juga mendatangkan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Bambang Supapto sebagai keynote speaker bertemakan 'Menuju Indonesia Bebas Sampah Plastik' di Gedung Petemuan. Bambang mengungkapkan, sebuah kebanggaan ketika mendengar UTM mendeklarasikan menjadi kampus hijau, Go Green Campus, atau Kampus Bebas Sampah Plastik. Artinya, UTM akan mengurangi penggunaan sampah plastik dan memanfaatkan plastik yang bisa didaur ulang."Menarik sekali karena komitmen ini melibatkan para petinggi kampus mulai dari rektor, dekan, BEM, hingga mahasiswa," ungkapnya

Ia menjelaskan, persoalaan sampah plastik bukan hanya menjadi persoalan Indonesia. Tapi juga menjadi permasalah negara-negara dunia. Hal itu dikarenakan, pemanfaatan yang luar biasa sampah plastik terjadi mulai dari kalangan rendah sampai kalangan berdampak serius. "Seperti halnya pemanfaatan pampers, masyarakat Indonesia di desa maupun kota mayoritas memanfaatkannya. Padahal pampers sulit sekali terurai," jelasnya.

Berdasarkan laporan International Coastal Clean Up 2018 tentang hasil kajian terhadap 10 besar sampah yang dihasilkan di dunia, pampers menjadi sampah plastik dengan proses penguraian paling sulit."Penggunaan sampah plastik menjadi masalah pada ekosistem, berdampak serius terhadap ikan dan biota yang ada di laut," paparnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, Presiden Jokowi dalam G20 di Jerman pada tahun 2017 berkomitmen mengurangi 75 persen sampah plastik dan 30 persen sampah organik hingga tahun 2025. Komitmen itu dituangkan melalui Peraturan Presiden di 2018 tentang penanganan sampah plastik. "Ini memerlukan gerakan bersama dan paling tepat dimulai dari kampus melalui mahasiswa," pungkasnya. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UTM Agung Ali Fahmi mengungkapkan, komitmen UTM anti sampah plastik dengan tema Eco Green dituangkan melalui Peraturan Rektor. "Semua unit diwajibkan untuk tidak lagi menggunakan air mineral kemasan plastik atau pun kantong plastik," ungkapnya. aIa menambahkan, palstik tetap digunakan jika untuk kepentingan laboratorium namun dengan penggunaan terbatas. "Komitmennya seperti itu. UTM menjadi kampus pertama yang berani mendeklarasikan kampus anti sampah plastik," pungkas Fahmi.

Share this post