UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA KUKUHKAN MENJADI PTN BERBASIS KLASTER

 UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

KUKUHKAN MENJADI PTN BERBASIS KLASTER

DSC 4801

 

UTM Kukuhkan Sebagai PTN Berbasis Klaster

 Menandai bertambahnya usia, Universitas Trunojoyo Madura (UTM), pada hari ini Kamis, 11 agustus 2016, UTM menggelar Dies Natalis yang ke XV, dengan menggelar serangkaian kegiatan, mulai dari khotmil quran, santunan anak yatim, buka bersama, ziarah ke makam KH. Abdurrahaman Wahid (GUSDUR), dan ditup dengan kegiatan puncak pada hari ini dengan agenda ORASI ILMIAH, dengan Tema: “Peluang dan Tantangan dalam Pembangunan Industri Gula Tahun 2019 dengan Menyiapkan Tebu Lahan Kering di Madura”, dengan menghadirkan orator Direktur PT. Perkebunan Nusantara X (PERSERO), Bapak Ir. Subiyono, MMA., dan Gubernur Jawa Timur Bapak Dr. H. Soekarwo, S.H.,M.Hum., memasuki usianya yang ke 15 tahun, UTM berdiri sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri lainnya dalam mengemban tugas mulia mengangkat harkat dan martabat bangsa dan Negara tercinta Indonesia. Dalam percaturan perkembangan global, UTM semakin mengkokohkan dan mengejar cita-cita menjadi perguruan tinggi negeri yang unggul dalam bidang pendidikan dan riset. Unggul dalam Pendidikan dan Riset adalah keniscayaan bagi UTM sebagai perguruan tinggi negeri, juga sebagai kesadaran untuk bertanggungjawab mewujudkan harapan masyarakat yang melahirkan dan membesarkannya. UTM juga semakin meneguhkan salah satu fungsinya yakni mengembangkan pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai humaniora.

Sejak 5 Juli 2001, Universitas Bangkalan (Unibang) berubah status menjadi Perguruan Tinggi Negeri berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2001. Keputusan yang ditandatangani K.H. Abdurahman Wahid selaku Presiden Indonesia waktu itu adalah momen bersejarah dilanjutkannya fungsi pendidikan tinggi oleh UTM. Hingga kini, 5 Juli 2016 genap 15 (lima belas) tahun UTM meneruskan komitmen mengembangkan potensi Mahasiswa untuk kepentingan bangsa, menghasilkan lulusan yang mengusai Ilmu Pengetahun dan/atau Teknologi, menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui penelitain dengan menerapkan nilai humaniora, serta berkomitmen untuk terus mengabdi kepada masyarakat.

Pendidikan dan pengajaran adalah point pertama dan utama dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan dan pengajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Undang–undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari pengertian pendidikan diatas maka proses pembelajaran yang ada di perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk mencipkan bibit–bibit unggul. Pendidikan dan pengajaran yang baik akan menghasilkan bibit unggul dari suatu perguruan tinggi yang akan mampu membawa bangsa ini kearah bangsa yang lebih maju . Lulusan–lulusan yang berkualitas dari perguruan tinggi akan menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia kearah yang lebih maju. Sesuai dengan pembukaan undang–udang dasar 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi pokok dan sumber utama dalam mencapai tujuan dari Perguruan Tinggi.

Sementara itu, Penelitian atau riset sangatlah penting bagi kemajuan perguruan tinggi, kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan pengembangan maka Dosen dan mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi secara cerdas, kritis dan kreatif dalam rangka menjalankan perannya sebagai agent of change. Dosen dan Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan – perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan. Penelitian di perguruan tinggi seyogyanya tidak hanya diarahkan untuk penelitian terapan saja,tetapi juga sekaligus melaksanakan penelitian ilmu-ilmu dasar yang manfaatnya baru terasa penting artinya jauh dimasa yang akan datang.

Sedangkan Pengabdian pada masyarakat diartikan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi, khususnya sebagai hasil dari proses pendidikan dan penelitian. Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersifat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya. Menurut undang – undang tentang pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengabdian kepada masyarakan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan positif. Pada hal ini mahasiswa harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu berkontribusi nyata. Seperti yang kita ketahui selama ini bahwasannya mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat, agent of change dan lainya. Maka dari itu mahasiwa harus mengetahui porsi dari tugas mereka masing – masing dalam mengabdi kepada masyarakat.

Ketiga faktor ini erat hubungannya, sebab penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui Pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Oleh karena itu, Pada bidang Pengabdian pada Masyarakat, UTM semakin mendekatkan diri kepada masyarakat dengan mengusung gagasan Enam Sektor sebagai salah satu wujud kepedulian UTM atas masalah-masalah yang ada di Madura. Perkembangan Madura berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi saat ini memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah yang dihadapi saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplin melalui Pendekatan Interdispliner dan Pendekatan Problem Based Learning.

Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis. Pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.

Interdisipliner (dalam arti sempit) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Yang dimaksud serumpun yakni ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun ilmu-ilmu kealaman (IIK), ilmu-ilmu sosial (IIS), dan ilmu-ilmu budaya (IIB). Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.

Melalui pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan dikaji dari berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya diungkap dari berbagai disiplin akademis seperti : Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik, Geografi, Psikologi, Sejarah dst, bahkan mungkin dari disiplin akademis diluar ilmu sosial. Secara tuntas, lugas dan mendalam, antara pendekatan sistem dengan pendekatan interdisipiner masalah sosial, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang jamak, disebut pendekatan interdisipliner. Sebaliknya pendekatan interdisipliner yang menetapkan suatu masalah yang sedang didekati dan sedang dianalisa sebagai suatu sistem disebut pendekatan sistem.

Beragam permasalahan yang terjadi di Madura tentu UTM sebagai Perguruan Tinggi di Madura memiliki kewajiban untuk menyelesaikannya. Perkembangan Madura berbanding lurus dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi saat ini memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah yang dihadapi saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja, tapi terkadang penggabungan berbagai disiplin. Pendekatan Interdispliner dan Pendekatan Problem Based Learning, adalah sebuah keniscayaan.

Program Problem based learning (PBL) adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah. Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pendidikan dengan menggunakan bahan stimulus untuk membantu mahasiswa berdiskusi tentang masalah yang penting, pertanyaan maupun issue. Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa dan dosen untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah riel dan konkrit..

Pendekatan Problem Based Learning ini dapat mengembangkan kemampuan retensi dan recall pengetahuan lebih besar, mengembangkan keterampilan interdisipliner, dapat mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek, mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik, mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan, mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup, menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta dapat meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi mahasiswa mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur.

Hilirisasi riset harus dilakukan agar riset UTM benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat. Untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, Program – program UTM harus dapat meningkatkan nilai tambah atau meningkatkan produktifitas. Perguruan tinggi harus diarahkan menjadi perguruan tinggi klastering, menyesuaikan dengan kemampuan, keahliandan kondisi masing – masing perguruan tinggi. Perguruan tinggi melalui hasil risetnya harus dapat berkontribusi untuk pembangunan lingkungan sekitarnya, bukan hanya untuk internal kampus sendiri. Guna menunjang pengembangan dan implementasi risetnya, Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan pemerintah maupun swasta.

Sebagai konsekwensi UTM dalam konteks hilirisasi riset dan dan menjadi Universitas yang berkualitas serta tidak menjadi kampus yang menjadi menara gading, maka melakukan kerjasama, bermitra dan berkolaborasi dengan Pentahelix dengan melibatkan lima pilar pemangku kepentingan guna meningkatkan kualitas Tridharma PT dalam bidang pengajaran, riset, dan pengabdian kepada masyarakat (link and match). Kerja sama pentahelix ini dilakukan untuk mewujudkan UTM sebagai transformative university yang dapat memberikan dampak pembangunan kepada masyarakat, serta membangun kerja sama interdependensi dengan berbagai pihak. Melalui kolaborasi ini UTM mengajak mereka yang terlibat dalam pentahelix ini ikut serta berinteraksi di bidang akademik. Salah satu yang bisa dilaksanakan adalah mengundang para pemangku kepentingan berkontribusi langsung pada berbagai program Tridharma PT di UTM. Misalnya, membuat daftar siapa yang bersedia menjadi dosen tamu di UTM namun tidak harus meninggalkan tugasnya sekarang.

Berdasarkan hal di atas, maka Pemerintah melalui Kemenristekdikti harus memetakan atau memberikan penugasan kepada Perguruan Tinggi untuk membantu penyelesaian permasalahan lingkungan atau wilayah sekitarnya. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut, pemerintah harus melakukan revitalisasi sarana dan prasarana kampus, melakukan restrukturisasi institusi dan perubahan kebijakan anggaran.

Adapun ke – 6 (Enam) sektor sebagai pengembangan UTM berbasis klaster tersebut meliputi Sektor Garam dan Tembakau; Sektor Pangan (Jagung, singkong, Tebu, Sapi, Hasil Laut); Sektor Energi (Migas dan Energi Terbarukan); Sektor Pendidikan (Formal, Informal dan Non Formal); Sektor Sosial, Tenaga Kerja dan Wanita; dan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Seni, Bahasa, Budaya, Jamu, Batik, Kuliner, Infrastruktur, Tata Ruang, Lingkungan, Pulau-Pulau Kecil, Teknologi). Gagasan tersebut telah dipaparkan dihadapan Gubernur Jawa Timur pada 19 April 20126 lalu, dan mendapat apresiasi untuk selanjutnya dapat diimplementasikan oleh UTM bersama-sama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan pihak terkait lainnya.

Fokus pengembangan keenam sektor ini merupakan pengembangan terhadap Potensi Madura yang dapat dijadikan sebagai landasan berpijak UTM dalam menyelesaikan persoalan konstekstual yang terjadi di Madura dan berdampak secara nasional. Pengembangan terhadap Potensi Madura ini pada hakikatnya merupakan Pengembangan Universitas Trunojoyo Madura sebagai Perguruan Tinggi berbasis Klaster dengan mensinergikan berbagai permasalahan dengan struktur kurikulum yang dikembangkan oleh UTM. Sehingga pada akhirnya dengan mengkolaborasikan Potensi Madura kedalam Kurikulum diharapkan dapat mengangkat harkat dan martabat kehidupan masyarakat sekaligus memberikan pemahaman, bekal keilmuan atas dasar kompetensi yang dimiliki oleh setiap lulusan UTM. Disamping itu, dengan Pengembangan berbasis Klaster, Mahasiswa dan Dosen yang memiliki kompetensi tentu akan memiliki daya saing dan membumi serta dapat mewujudkan tumbuh kembangnya Invensi dan Inovasi sebagai bagian dari implementasi konsep Nawacita dibidang pendidikan sebagaimana telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.

Pengembangan UTM sebagai Pendidikan Tinggi berbasis klaster merupakan salah satu alternatif untuk percepatan pengembangan UTM karena klaster merupakan aglomerasi program yang melibatkan pelaku dari hulu ke hilir, sehingga memungkinkan penggabungan skala program antar fakultas, dan karenanya dapat mengeliminasi beberapa kelemahan pengelolaan program studi. Pengembangan klaster yang ada saat ini masih lebih cenderung ke arah individu fakultas dan jurusan, sehingga klaster nantinya lebih berfungsi sebagai sentra pembelajaran keilmuan. Agar dapat lebih optimal, pengembangan klaster hendaknya dilakukan dengan strategi kelompok dan pendekatan partisipasi pada semua aspek secara komprehensif dan berkelanjutan.

Tantangan utama dalam pengembangan klaster di UTM adalah menumbuhkembangan modal sosial/ kebersamaan antar pelaku dalam klaster dan penyelesaian konflik yang timbul antar pelaku, dan hal ini dapat diatasi dengan capacity building pelaku yang terlibat dalam klaster. Penerapan program Problem Based Learning (PBL), merupakan pendekatan yang tepat serta sesuai untuk mencapai tujuan tri dharma di UTM. PBL menekankan active student center learning (ASCL) dimana para mahasiswa ditantang untuk menguji, mencari, menyelidiki merefleksikan, memahami makna, dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka di masa datang. ASCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa, bukan hanya pada aktivitas dosen mengajar.

Dengan demikian, kolaborasi Pengembangan Klaster melalui 6 sektor kedalam Kurikulum akan dengan mudah menyelesaikan persoalan kekinian yang dihadapi oleh masyarakat. Pengembangan Kurikulum ini tentu juga tidak bisa dilepaskan dari Kurikulum berbasis KKNI sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini akan melahirkan sebuah penguatan proses pembelajaran, kurikulum, integrasi prodi  dan kompetensi lulusan yang berorientasi dari pengembangan 6 (enam) sektor dan KKNI.

Dalam hal pengembangan pangan khususnya Jagung Madura, Jagung Madura 1 dan 2 telah dilaunching dan mendapatkan apresiasi dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tanggal 3 Mei 2016. Kemenristekdikti berharap agar secara konsisten UTM mampu mengembangkan Jagung Madura sebagai salah satu produk unggulan pangan yang berkontribusi terhadap krisis pangan nasional. Disamping itu, sebagai langkah konkrit, UTM juga telah bekerjasam dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam mengembangkan Jagung Madura. Dalam sambutannya, Bapak Menristekdikti menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh UTM saat ini akan disampaikan kepada Presiden, dimana UTM telah membumikan konsep Nawacita dibidang pendidikan dengan mengukuhkan program 6 (enam) sektor sebagai program unggulan UTM yang berbasis klaster.

Alhamdulillah, Gubernur Jawa Timur, Bapak Dr. H. Soekarwo, SH.,M.Hum., telah memberikan apresiasi dan mendukung terhadap langkah-langkah dan upaya UTM dalam mengembangkan 6 sektor yang merupakan potensi lokal Madura, diantaranya melalui pengembangan Jagung Madura. Untuk itu, pada hari Jumat, 5 Agustus 2016 kemarin, UTM menjalin kerjasama dengan BALITSEREAL dan secara resmi Jagung Madura 1 dan 2 telah mendapat lisensi dari BALITSEREAL Maros Sulawesi Selatan dibawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Untuk itu, kami mohon doa restu bapak/ibu sekalian yang hadir pada kesempatan hari ini, kedepan Jagung Madura 3, 4 dan 5 akan segera kami launching sebagai bagian dari komitmen kami dalam membantu permasalahan pangan yang dihadapi oleh Pemerintah dan masyarakat.

Untuk itu, Pengembangan Inovasi UTM dengan pengembangan  6 sektor yang akan dilaksanakan adalah pengembangan tebu kerjasama dengan PTPN X dengan target pembangunan Pabrik Gula Tahun 2019 di Madura, Pengembangan Migas dan Sumber Energi Alternatif dan Desalinator untuk daerah kepualuan Madura kerjasama dengan Kementrian ESDM, pengembangan Pendidikan Madura baik pendidikan formal, informal dan non Formal kerjasama dengan MENDIKBUD dan MENRISTEKDIKTI, pengembangan sektor Wanita dan Tenaka Kerja Indonesia dari Madura kerjasama dengan KEMENSOS dan Kementrian Tenaga Kerja, Pengembangan Garam Madura kerjasama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan, Pengembangan Sapi Madura kerjasama dengan Kementrian Pertanian dan Kemensristekdikti,  Pengembangan wisata Madura kerja sama dengan Kementrian Pariwisata serta kerjasama dengan 11 SKPD terkait di Jawa Timur yang didukung penuh oleh Gubernur Jawa Timur.

Target pengembangan 6 Sektor potensi Madura tersebut adalah dengan memanfatkannya potensi lahan kering di Madura, terbangunnya industri pengolahan jagung, industri pengolahan garam, industri tebu, industri pengolahan sapi, pengembangan pendidikan Madura, pengembangan sektor migas Madura, pemberdayaan wanita dan TKI Madura, Pengembangan sumber energi di daerah kepulauan madura, pengembangan pariwisata madura.

Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan ide atau gagasan Pengembangan Pendidikan Berbasis Klaster yang fokus utamanya kepada Pengembangan Potensi Madura dengan keenam sector dimaksud, maka UTM perlu melakukan kerja sama pentahelix dengan melibatkan lima pilar pemangku kepentingan guna meningkatkan kualitas Tridharma PT dalam bidang pengajaran, riset, dan pengabdian kepada masyarakat. Kerja sama pentahelix ini dilakukan untuk mewujudkan UTM sebagai transformative university yang dapat memberikan dampak pembangunan kepada masyarakat, serta membangun kerja sama interdependensi dengan berbagai pihak.

Melalui kolaborasi ini UTM mengajak mereka yang terlibat dalam pentahelix ini ikut serta berinteraksi di bidang akademik. Salah satu yang bisa dilaksanakan adalah mengundang para pemangku kepentingan berkontribusi langsung pada berbagai program Tridharma PT di UTM. Dengan Pengembangan Perguruan Tinggi Berbasis Klaster ini, Output yang akan dicapai nantinya oleh UTM adalah:

  1. 1)Kualitas pengajaran dan belajar yang semakin meningkat;
  2. 2)Mahasiswa dan Dosen membumi di masyarakat yang dapat menyatukan antara teori dan praktik;
  3. 3)Kualitas skripsi dan tesis (mahasiswa), jurnal, artikel (Dosen);
  4. 4)Akreditasi meningkat;
  5. 5)Terevaluasinya kualitas proses belajar mengajar;
  6. 6)Terlaksananya kolaborasi pentahelix secara intensif

Disamping itu, terdapat beberapa langkah yang akan dilakukan oleh UTM kedepan dalam upaya memacu peningkatan output, yaitu:

  1. 1)Pemantapan Akreditasi. Pelaksanan akreditasi perlu lebih optimal, oleh karena itu penilaiannya perlu didasarkan pada kondisi yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi perguruan tinggi yang kurang memenuhi syarat memperoleh penilaian yang baik. Perguruan tinggi hendaklah memiliki akuntabilitas terhadap masyarakat, sehingga seluruh pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat;
  2. 2)Menerapakan Total Quality Management (TQM), yaitu manajemen yang mengacu pada peningkatan mutu organisasi secara berkelanjutan, sehingga kepuasan seluruh pelanggan (pemakai dan penerima) dapat terpenuhi;
  3. 3)Merancang dan menggunakan kurikulum/program studi yang marketable atau demand oriented, sehingga lulusan suatu perguruan tinggi dapat diserap oleh pasar tenaga kerja; dan
  4. 4)Pengelola perguruan tinggi, terutama pimpinannya hendaklah memiliki profesionalisme yang tinggi, terutama dalam bidang manajemen;
  5. 5)Melakukan peningkatan mutu dosen, terutama dosen yang mengajar pada bidang-bidang yang dibutuhkan masyarakat;
  6. 6)Mengembangkan jaringan kerja sama (networking) antara perguruan tinggi dengan masyarakat, tarutama dalam hal penyusunan kurikulum dan penyaluran lulusan perguruan tinggi;
  7. 7)Melengkapi sarana perguruan tinggi dengan laboratorium dan perpustakaan yang mendukung kemampuan dan keterampilan mahasiswa;
  8. 8)Mengembangkan etos interpreneurship pada mahasiswa, sehingga ketika mereka lulus mereka tidak hanya menggantungkan pada lapangan kerja yang tersedia, tetapi justru mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Sementara terkait prestasi, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura, juga telah mampu meraih berbagai prestasi akademik maupun non akademik. Pada tahun ajaran 2014/2015, mahasiswa kami dari Fakultas Teknik telah mampu menjuarai berbagai lomba robot dan game tingkat nasional dan internasional. Hal ini dibuktikan pada Tahun 2016 ini Tim None Developers Fakultas Teknik UTM menjadi Juara I Nasional Imagine Cup 2016 dan berangkat menjadi wakil di Assian Summit untuk mengikuti lomba pada tingkat Internasional di Seatle Amerika. Alhmadulillah Tim None Developer mewakili Indonesia dan Asia mendapatkan Juara II Tingkat Dunia di Seattle, Amerika Serikat. Sungguh membanggakan kami dan Indonesia. Disamping itu, Fakultas Teknik juga menyabet Juara III dan IV Kontes Robot Pemadam Api Berkaki dan Beroda di Politeknik Negeri Jember. Selain Fakultas Teknik, gemerlap prestasi mahasiswa kami, juga diraih oleh Mahasiswa Fakultas Hukum UTM yang telah meraih Juara I dan III Nasional Best Paper lomba Menulis Essay Konstitusi Tahun 2016 di Universitas Hasanuddin Makasar (UNHAS).

Tidak kalah membanggakan, anak-anak kami dari Fakultas Ilmu Keislaman juga telah mampu meraih kejuaraan dalam berbagai debat bahas Arab, Kandungan Alqur’an dan Musabaqoh Tilawatil Qur’an ditingkat regional, nasional maupun internassional. Tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya juge telah menorehkan prestasi sebagai juara II lomba Essay Youtobe tingkat ASEAN. Dalam kancah Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), pada tahun anggaran 2016 terdapat 21 proposal PKM yang telah didanai oleh Kemenristekdikti. Kami menyadari bahwa prestasi ini masih sedikit dibandingkan dengan total keseluruhan jumlah mahasiswa yang ada. Sehingga kami bertekat untuk terus memacu kreatifitas mahasiswa dengan berbagai upaya, diantaranya melakukan pelatihan, pembinaan, pemberian insentif dan lain-lain.kerjasama dan humas UTM

 


 

Share this post