Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III

  • PDF

 

Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III

IMG 0579 

            Pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) berupa tanah, air, tumbuhan dan lautan yang sangat melimpah di negeri ini, selalu menjadi perhatian penting dari berbagi pihak, baik oleh pemangku kebijakan, industri, para pakar dan peneliti. Tentu keberadaan seluruh kekayaan sumber daya alam tersebut harusnya dimanfaatkan hanya untuk pemenuhan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

            Universitas Trunojoyo Madura (UTM) sebagai perguruan tinggi di Madura yang fokus pada pengembangan riset dan mengangkat potensi lokal, menjadi sebuah keharusan untuk mengembangkan dan mengelola potensi SDA yang ada di madura dengan baik dan secara berkelanjutan. Berbagai riset dan pengamatan telah dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa untuk mengidentifikasi SDA dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka merancang dan mengelola SDA yang ada untuk kepentingan masyarakat madura.

UTM melalui program studi Ilmu Kelautan menyelenggarakan “Call For Papers Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III” yang menghadirkan langsung Presdir PT. Cheetam Garam Indonesia Arthur Tanudjaya dan salah satu dosen Ilmu Kelautan Insafitri, S.T, M.Sc, Ph.D menjadi pemateri dalam acara tersebut. Acara tersebut digagas sebagai salah satu cara menambah wawasan keilmuan dan menjawab tantangan dalam pengembangan SDA di Madura agar dapat dikelola dengan cara yang baik dan maksimal.

Wahyu Andy Nugraha, S.T, M.Sc, Ph.D sebagai ketua pelaksana acara menuturkan dalam sambutannya bahwa dilaksanakan Call For Papers Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III tersebut sebagai kelanjutan acara sebelumnya Seminar Nasional Kelautan pada tahun 2016, diperluasnya tema menjadi Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III karena mendapat apresiasi dan masukan dari berbagai pihak. “pada tahun 2016 kami telah mendapat apresiasi karena dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan menjawab beberapa permasalah dalam pengelolaan SDA, saat ini kami laksanakan kembali acara ini dengan sedikit tambahan tema agar semakin banyak permasalahan yang bisa di jawab”. Tuturnya

Lebih lanjut Wahyu Andy Nugraha, S.T, M.Sc, Ph.D melaporkan bahwa ada sebanyak 71 makalah yang masuk dengan 66 peserta, dari dosen, peneliti, praktisi, dari berbagai perguruan tinggi dan balai lembaga penelitian di Indonesia. Diantaranya adalah dari ITS, UB, dan Peneliti dari Kementrian Kelautan dan Perikanan. Selain itu ada juga mahasiswa dari PT di jawa timur dan UTM sendiri. Jelasnya

Disesi yang sama, Rektor UTM Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, M.Si, yang membuka langsung acara tersebut, mengawali sambutannya dengan memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara. Sebab menurutnya acara tersebut sangat berkaitan dengan enam sektor potensi Madura yang dikembangkan oleh UTM sebagai langkah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan kontribusi konkrit pada kesejahteraan masyarakat Madura dan sekitarnya.

“UTM yang telah dinobatkan sebagai Pusat Unggulan IPTEK Garam oleh Direktur lembaga penelitian dan pengembangan kemenristekdikti pada beberapa saat yang lalu, tentu menjadi salah satu pemacu kinerja bagaimana ke depan dapat meningkatkan sumbangsihnya pada kebutuhan garam di madura dan nasional pada umumnya”. Paparnya

Selain itu, dalam pembukaan acara Call For Papers Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan III yang juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara UTM dengan PT. Cheetam Garam Indonesia yang ditanggatangani langsung oleh Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, M.Si dan Arthur Tanudjaya tersebut akan melahirkan kerjasama yang baik dan memberikan banyak manfaat, sehingga UTM juga bisa menyediakan SDM dari alumni yang berkompeten sebagaimana kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT. Cheetam Garam Indonesia.

Sementara itu, Arthur Tanudjaya dalam salah satu isi materinya yang membahas “Berbagai Aspek Pergaraman” menyampaikan bahwa ketika berbicara garam di tingkat Asia, maka Indonesia masih kalah jauh dengan Cina dan India yang cukup banyak menghasilkan garam. Indonesia masih berkutat pada mengembangkan garam untuk kebutuhan sendiri, padahal menurutnya perkembangan garam kebutuhannya selalu meningkat. Terangnya

Alumni UI itu juga menambahkan bahwa garam menjadi ratusan turunan industri dengan jumlah sekitar 55% di Indonesia diperuntukkan kimia, sementara hanya sekitar 14% garam yang digunakan untuk makanan. Sehingga kebutuhan garam sebenarnya lebih banyak diserap oleh industri daripada kebutuhan makanan.

“Untuk swasembada garam, maka harus ada investasi tempat yang sangat luas, fokus, dan merangkul para petani karena peputarannya secara terus menerus”. Imbuhnya

Disesi yang kedua, Insafitri, S.T, M.Sc, Ph.D yang juga menjadi pemateri dalam kesempatan tersebut lebih banyak menyinggung perairan dan pulau kecil yang telah terangkum dalam “Bunga Rampai Penelitian Dosen dan Mahasiswa Ilmu Kelautan UTM di Perairan dan pulau-pulau kecil di Madura” sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan.

Share this post

Add comment


Security code
Refresh