Pengembangan Program Konservasi Sumber Daya Air Melalui Pembuatan Dan Penggunaan Biopori

  • PDF

Pengembangan Program Konservasi Sumber Daya Air Melalui Pembuatan Dan Penggunaan Biopori

DSC 1770

 Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) melanjutkan pengembangan program konservasi sumber daya air melalui pembuatan dan penggunaan biopori atau lubang resapan tepat guna. Hal ini dilakukan setelah dianggap berhasil melaksanakan program air bersih di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi beberapa waktu lalu yang dibuka oleh rektor UTM yang berharap program tersebut dapat berkesinambungan dan menjadi suatu program pendampingan masyarakat yang tepat guna, senada Dekan fakultas pertanian menyampaikan bahwa program tersebut menjadi tepat guna bagi masyarakat sekitar.

DSC 1638

“Teknologi biopori merupakan pembuatan lubang resapan tepat guna. Ramah lingkungan dan sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya resapan air. Termasuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air tanah serta mengatasi banjir,”kata Ulika Triyoga, East Area HR Ops & Comdev Team Leader  Lead PT PHE WMO kepada media, rabu (29/4/2015) siang. Menurut Ulika, pencanangan program biopori ini dilakukan berbarengan dengan pengajian akbar dalam rangka memperingati 10 tahun terbentuknya HIPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) di Desa Bandangdajah beberapa waktu lalu. Disamping melibatkan HIPAM dan anggota masyarakat pemakai air lainnya, PHE WMO juga bekerja sama dengan PS2EKP  Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian ) Universitas Trunojoyo Madura. Hal ini sebagai tindak lanjut program biopori tersebut yang dianggap berhasil di Tanjung Bumi. Dalam kegiatan bersama PS2EKP ( Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ) Universitas Trunojoyo Madura ini, juga telah ditanam 160 bibit buah buahan.  Seperti Jambu citra, jambu degus, durian, manggis, mangga dan tanaman keluarga cabai. Diantaranya rosella, terong, selada, bibit pohon mahoni dan lain-lainnya. “Supaya semuanya berjalan sesuai harapan,  PHE WMO bersama tim dari Unijoyo akan melakukan pendampingan dan pemeliharaan biopori bagi warga Desa Bandangdaja,”terangnya.

DSC 1791

Untuk diketahui, pembuatan lubang biopori tersebut menggunakan 3 bor mesin dan 3 bor manual. Selanjutnya peralatan ini diserahkan pada kelompok HIPAM, agar dalam pembuatan lubang biopori selanjutnya dikerjakan sendiri oleh kelompok atau masyarakat setempat secara mandiri. Sekaligus sebagai tindak lanjut program HIPAM di Desa Bandang dajah yang dianggap sukses. Karena dikelola secara mandiri dan saat ini telah mampu melayani kebutuhan 400 KK, kesukseskan program tersebut juga sudah ditularkan ke dua desa tetangganya. Yakni Desa Tanjungbumi dan Desa Telaga Biru Kecamatan Tanjungbumi, Bangkalan. “Targetnya ada 200 biopori. Alatnya kami berikan ke masyarakat agar mereka bisa melanjutkan membuat biopori sendiri,”jelas Ulika. Lebih lanjut ia mengatakan, selain meningkatkan daya sesapan air, keberadaan biopori bisa mendorong pemanfaatan sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (Co2 dan Metan). “Melalui program biopori diharapkan dapat menjaga kelestarian air. Baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas-nya. Sehingga kebutuhan air bersih masyarakat dapat secara terus-menerus terpenuhi,” tutur Ulika. “Targetnya ada 200 biopori. Sekarang baru 105 biopori,”tambahnya. Ulika juga menjelaskan, biopori dapat meningkatkan  peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman serta dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air. Seperti halnya penyakit demam berdarah. “Program ini sangat cocok untuk masyarakat. Perlu diketahui, program pengembangan konservasi sumber daya air melalui biopori,  idak dapat dilakukan secara parsial dan incidental. Karena itu perlu dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan. Itu sebabnya kami butuh dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak,”pungkas Ulika.humas/tribun.com

Share this post

Add comment


Security code
Refresh