FOCUS GROUP DISCUSSION PERILAKU SOSIO KULTURAL DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI JAWA TIMUR

  • PDF

 

FOCUS GROUP DISCUSSION

ISU STRATEGIS AKTUAL

PERILAKU SOSIO KULTURAL DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DI JAWA TIMUR

DSC 0792

Malang, 16 – 17 maret 2016. Focus group discussion dengan tema perilaku sosio kultural dan percepatan pembangunan daerah tertinggal di Jawa Timur yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur, Dihadiri oleh Rektor sebagai salah satu pembicara dalam forum yang di hadiri oleh dewan riset daerah dan skpd terkait. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019. Dalam Perpres itu terdapat 122 daerah dinyatakan sebagai daerah tertinggal, yang empat kabupaten diantaranya dari Jawa Timur yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Bondowoso.

DSC 0788

Dalam pemaparannya Rektor universitas Trunojoyo Madura Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, M.Si., menyampaikan struktur sosial masyarakat adalah tatanan atau susunan yang membentuk kelompok kelompok sosial masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dalam masyarakat. Bentuk struktur sosial masyarakat yang dasarkan pada stratifikasi sosial yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan tingkatan kekayaan, yang meliputi diferensiasi ras, suku bangsa, klan, agama, profesi, jenis kelamin dan lain – lain. yang pada dasarnya masyarakat tidak bersifat homogen, akibatnya muncul pola perilaku berulang yang dapat menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat dan lingkungannya. Kelompok masyarakat seiring berjalannya waktu akan membentuk suatu kebudayaan dan setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.

Sedangkan struktur sosial masyarakat Madura dalam hal ini kepatuhan masyarakat Madura terhadap kyai dan kedudukannya yang begitu dihormati tergambar secara strkctural dan pembangunan sosial masyarakatnya. Buppa’ Babhu’ ( orang tua ), Guruh ( Guru / kyai ) dan Ratoh ( Raja ) yang merupakan perlambangan unsure unsure penting dalam banginan sosial masyarakat Madura. Jika Buppa’ Babhu’ merupakan elemen penting dalam keluarga di desa tersebut, maka Guruh Ratoh adalah penentu dalam dinamika sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat Madura. Bangunan sosial ini menggambarkan kepatuhan masyarakat Madura pada kedua orang tua, juga ketundukan terhadap tokoh panutan ( guru / kyai ) dan kepada pemimpin atau dalam hal ini pemerintah. Tokoh panutan yang biasa disebut pemimpin informal. Pemimpin informal adlah orang yang memimpin masyarakat atau sekelompok masyarakat tanpa mendapatkan loyalitas pemerintah seperti : ulama, sebagian kyai, sesepuh, tokoh tokoh desa, dan sebagainya ( mutmainah, 1998:26).

DSC 0783

Dalam hal ini perlu komitmen bersama semua pihak yang perduli dengan masyarakat dan pembangunan Madura untuk segera menyadarkan dan membangunkan mereka untuk menghargai nilai nilai kearifan lokal dan merealisasikan industrialisasi Madura dengan jiwa Indonesiawi, Madurawi serta Islami. Atau masyarakat Madura akan semakin terserabut dari nilai nilai kearifan peradaban Madura yang salah satunya disebabkan oleh dampak industrialisasi, yang pada akhirnya akan melahirkan individualistik, matrealistik, semangat kapitalisme yang semakin merajalela yang pada akhirnya akan menyebabkan masyarakat Madura sebagai orang yang mengalami pemiskinan psikologis dan kefakiran sistemik. Sesuatu yang belum dipikirkan secara jernih oleh kita bersama, karena masyarakat Madura kita bukanlah produsen industi. Jadi anggapan bahwa 4 ( empat ) kabupaten di Jawa Timur yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo sangat sulit untuk melepaskan diri sebagai daerah tertinggal disebabkan faktor budaya dan perilaku masyarakat setempat adalah dugaan yang salah dan tidar benar hal tersebut juga disampaikan oleh Dr. Latief Wiyata bahwa dua Kabupaten di Madura yakni Bangkalan serta Sampang itu diukur dari mana? apakah faktor kuantitatif saja? ungkapnya jangan diabaikan faktor – faktor non kuantitatif yakni sosial dan budaya ungkapnya Bicara madura banyak yg salah mengartikan budaya ini mengatur pikiran bahwa kalau mengenal madura harus secara proporsional. 4 hal yakni etnografi madura kepatuhan, kekrabatan, agama dan etos kerja. Di madura Buppa’ Babhu’ guru ratoh, itu merupakan pedoman bagi rakyat madura itulah ayah, ibu, guru, serta ratu atau pemimpin, penting saya tegaskan banyak orang yg mengatakan bahwa seorang kyai dipegang rakyat akan patuh artinya bukan hanya kepada hanya satu figur saja namun semua figur kyai sangat dihormati oleh masyarakat. Bagi pemegang kebijakan bahwa perlunya pendekatan kpd semua tokoh atau figur kyai, ada pula figur di Madura yakni blater, yakni sosok yg di tokohkan terlepas para blater akan tunduk kepada kyai, kemudian kekerabatan orang madura sangat kuat yakni hubungan keluarga sangat kuat dimadura. Penting lagi di dalam system kekerabatan masyarakat Madura dikenal 3 kategori yakni taretan dhalem ( kerabat inti atau core kin ) Taretan semma’ ( kerabat dekat atau close kin ) dan taretan jheu ( kerabat atau pehipheral kin ). Di luar tiga kategori tersebut adalah taretan lowar atau kerabat jauh ungkapnya.humas2016

Share this post

Add comment


Security code
Refresh